Thursday, June 25, 2009

Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)

Abstract

The changing paradigm from labor based business to knowledge based business has made an inclusion of human resources into an income statement. Among intangible assets, human resources, which is called intellectual capital (IC), becomes the core asset in a company.

IC consists three basic elements, they are human capital, structural capital and customer capital. In fact, these are the real power of the company in producing, developing, and bringing the company to the future. Accordingly proponents agree to disclose these on the income statement. Unfortunately, accounting practice has not accounted for them. Whilst, IC describes the creation values, accounting practice does not have tools to identity, measures and disclose them on the annual reports. Therefore this research attempts to provide ideas and open nuance for accountants.

This research employ a thick library research, an alternative research methodology that suitable to answer the research question. This research is conducted in depth discourse producing some methods for measuring and reporting IC that are practiced recently.

The study concludes that methods of measurement IC have been classified into a financial and non-financial measurement. For the reporting purposes, it is needed a supplement to the income statement consisting an intellectual capital statement.

Keywords: intellectual capital, measurement of intellectual capital, reporting of intellectual capital, library research.

Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar dapat terus bertahan dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.

Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert 1998). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap terhadap mereka. (Rupert 1998) mengungkapkan bahwa ini tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi (Roos et al. 1997) seperti pada tabel 1 juga mengungkapkan bahwa “the market value of these companies is many times their net asset value, that is the value of their physical. The difference between the two values is the company’s “hidden value”, which can be expressed as a percentage of the market value”.

Selengkapnya download artikel jurnal sistem manajemen via ziddu


No comments:

Post a Comment