Thursday, June 25, 2009

Pengaruh Interaksi antara Total Quality Management dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan terhadap Kinerja Manajerial

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian empiris yang dilakukan pada tahun 2003, yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan pengaruh variabel sistem pengukuran, sistem penghargaan, TQM, interaksi TQM dengan sistem pengukuran kinerja dan interaksi TQM dengan sistem penghargaan terhadap kinerja managerial PT. Telkom Divre V Surabaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survey. Responden adalah senior manajer dan staff dengan sampel berjumlah 54 orang dari total populasi 90 orang. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis adalah regresi linier berganda.

Hasil pengujian menyatakan bahwa gagal menolak Ho5, artinya interaksi sistem penghargaan (X2) dengan TQM (X3) pengaruhnya tidak signifikan terhadap kinerja manajerial. Sedangkan lima hipotesis lainnya terbukti.

Kata kunci: TQM, sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan, dan kinerja manajerial.

Berlakunya Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003, menyebabkan perusahaan di setiap negara khususnya di wilayah Asean dihadapkan pada situasi persaingan global. Persaingan global ini memberikan banyak pilihan kepada konsumen, dimana mereka semakin sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value conscious) dalam meminta produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Untuk dapat bertahan dan berhasil dalam lingkungan seperti itu, perusahaan harus menciptakan value bagi konsumen dalam bentuk produk dan jasa serta pelayanan berkualitas, sehingga perusahaan juga memperoleh value.

Perusahaan jasa menghadapi persaingan khusus karena adanya perbedaan kualitas antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lainnya. Oleh karena itu perusahaan jasa perlu mengutamakan konsistensi melalui pengembangan suatu sistem yang dapat mendukung kinerja para pekerjanya.

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem yang dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya (Tjiptono 2001:4). TQM juga merupakan falsafah holistie yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork produktivitas, pengertian dan kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra, 1993:135). Dengan demikian TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.

Selain penerapan TQM, perusahaan juga perlu menerapkan sistem akuntansi manajemen sebagai mekanisme untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang memaksimalkan kesejahteraan organisasi dan karyawan. Sistem akuntansi manajemen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan. Penghargaan (kompensasi) merupakan apa yang diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada organisasi. (Simamora 2001:540).

Penghargaan yang diberikan oleh perusahaan sangat mempengaruhi produktivitas dan tendensi para karyawan untuk tetap bersama organisasi atau mencari pekerjaan lainnya. Semakin besar perhatian perusahaan terhadap kebutuhan karyawannya maka perusahaan tersebut akan mendapat timbal balik yang sesuai, yaitu maksimalisasi dalam produktivitas kerja.

Beberapa penelitian mengenai hubungan antara TQM dengan kinerja sudah dilakukan. (Kurnianingsih 2000:247-248) meneliti tentang Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan terhadap Keefektifan Penerapan Teknik TQM pada perusahaan Manufaktur. Kurnianingsih berhasil membuktikan bahwa sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan memperkuat hubungan moderating terhadap hubungan antara TQM dengan kinerja manajerial.

Bidang kajian ini menjadi menarik, karena ada faktor-faktor kondisional yang kemungkinan dapat mengubah bentuk pengaruh antara variabel-variabel yang dijadikan model pada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini dicoba melakukan pengujian untuk perusahaan jasa, dengan melakukan studi empiris di PT Telkom Divre V Surabaya. Meskipun dilakukan di satu perusahaan, tetapi unit analisis adalah pada level manajer, dengan total populasi 90 orang senior manajer dan staff, dimana pada masing-masing bagian telah diterapkan sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan serta TQM secara mantap.

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi manajerial via ziddu


Strategi Keuangan Matriks: Alat Bantu Keputusan Investasi dan Pembiayaan

Abstrak

Setiap aktivitas perusahaan selalu bertumbuh pangkal pada keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Manajemen keuangan mengupayakan agar keputusan investasi dan keputusan pembiayaan menjadi lebih efektif dalam mendukung pertumbuhan perusahaan. Dalam upaya melihat efektivitas keputusan investasi dan keputusan pembiayaan, manajemen keuangan menggunakan analisis rasio keuangan untuk menganalisis angka yang tercantum dalam laporan keuangan. Pertumbuhan perusahaan dalam manajemen keuangan diukur berdasar perubahan penjualan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang seharusnya (sustainable growth rate) dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan. Dalam analisis rasio keuangan ukuran keberhasilan keputusan investasi dan pembiayaan adalah Return on Invested Capital (ROIC), biaya penggunaan dana (WACC), dan Economic Value Added (EVA).

Strategi keuangan matriks adalah pengelompokan perusahaan dalam empat kwadran dan memberikan usulan strategi perusahaan dalam menyelaraskan pertumbuhan perusahaan dengan keputusan investasi dan pembiayaan, sehingga pertumbuhan perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang mampu menutup biaya penggunaan dana. Dalam upaya mengaplikasikan penggunaan strategi keuangan matrik digunakan contoh 15 perusahaan publik yang beraktiva di atas satu triliun dan 15 perusahaan yang beraktiva di bawah satu triliun berdasar penelitian majalah SWA dan Mark-Plus.

Kata kunci: ROIC, WACC, EVA.

Setiap aktivitas perusahaan selalu bertumbuh pangkal pada keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Manajemen keuangan mengupayakan agar keputusan investasi dan keputusan pembiayaan menjadi lebih efektif dalam mendukung pertumbuhan perusahaan. Dalam upaya melihat efektivitas keputusan investasi dan keputusan pembiayaan, manajemen keuangan menggunakan analisis rasio keuangan untuk menganalisis angka yang tercantum dalam laporan keuangan. Pertumbuhan perusahaan dalam manajemen keuangan diukur berdasar perubahan penjualan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang seharusnya (sustainable growth rate) dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan. Dalam analisis rasio keuangan ukuran keberhasilan keputusan investasi dan pembiayaan adalah Return on Invested Capital (ROIC), biaya penggunaan dana (WACC), dan Economic Value Added (EVA).

Strategi keuangan matriks adalah pengelompokan perusahaan dalam empat kwadran dan memberikan usulan strategi perusahaan dalam menyelaraskan pertumbuhan perusahaan dengan keputusan investasi dan pembiayaan, sehingga pertumbuhan perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang mampu menutup biaya penggunaan dana. Dalam upaya mengaplikasikan penggunaan strategi keuangan matrik digunakan contoh 15 perusahaan publik yang beraktiva di atas satu triliun dan 15 perusahaan yang beraktiva di bawah satu triliun berdasar penelitian majalah SWA dan Mark-Plus.

Setiap perusahaan cenderung ingin bertumbuh untuk menjadi lebih besar. Salah satu ukuran pertumbuhan perusahaan adalah peningkatan penjualan. Pertumbuhan penjualan akan menimbulkan konsekuensi pada peningkatan investasi atas aktiva perusahaan dan akhirnya membutuhkan penyediaan dana untuk membeli aktiva. Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan menimbulkan konsekuensi pada keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Oleh karena itu, merupakan kewajiban manajer keuangan untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan, tingkat pengembalian (return) atas investasi yang dipilih, dan biaya penggunaan dana.

Berkaitan dengan itu, tulisan ini akan membahas penyelarasan pertumbuhan, return atas investasi, dan biaya penggunaan dana dengan pendekatan matriks.

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi biaya investasi via ziddu


Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)

Abstract

The changing paradigm from labor based business to knowledge based business has made an inclusion of human resources into an income statement. Among intangible assets, human resources, which is called intellectual capital (IC), becomes the core asset in a company.

IC consists three basic elements, they are human capital, structural capital and customer capital. In fact, these are the real power of the company in producing, developing, and bringing the company to the future. Accordingly proponents agree to disclose these on the income statement. Unfortunately, accounting practice has not accounted for them. Whilst, IC describes the creation values, accounting practice does not have tools to identity, measures and disclose them on the annual reports. Therefore this research attempts to provide ideas and open nuance for accountants.

This research employ a thick library research, an alternative research methodology that suitable to answer the research question. This research is conducted in depth discourse producing some methods for measuring and reporting IC that are practiced recently.

The study concludes that methods of measurement IC have been classified into a financial and non-financial measurement. For the reporting purposes, it is needed a supplement to the income statement consisting an intellectual capital statement.

Keywords: intellectual capital, measurement of intellectual capital, reporting of intellectual capital, library research.

Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar dapat terus bertahan dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.

Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert 1998). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap terhadap mereka. (Rupert 1998) mengungkapkan bahwa ini tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi (Roos et al. 1997) seperti pada tabel 1 juga mengungkapkan bahwa “the market value of these companies is many times their net asset value, that is the value of their physical. The difference between the two values is the company’s “hidden value”, which can be expressed as a percentage of the market value”.

Selengkapnya download artikel jurnal sistem manajemen via ziddu


Friday, June 19, 2009

Hubungan Karakteristik Informasi yang Dihasilkan oleh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial pada Perusahaan Manufaktur

Abstrak

Hanya sedikit bukti empiris yang menunjukkan hubungan antara informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen dengan kinerja manajemen. Salah satu penelitian terdahulu menunjukkan bahwa informasi dengan karakteristik tertentu dapat meningkatkan kinerja (Nazaruddin 1998). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara karakteristik informasi dan kinerja manajerial. Indikator untuk mengukur karakteristik informasi adalah broadscope, agregasi, integrasi dan timeliness, sedangkan kinerja manajerial diwakili dengan faktor kemampuan manajer dalam membuat perencanaan, mencapai target dan melakukan kiprahnya diluar perusahaan.

Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara karakteristik informasi yang terdiri dari broadscope, agregasi, integrasi dan timeliness dengan kinerja manajerial, meskipun tingkat hubungan tersebut bervariasi tergantung pada kebutuhan manajer dalam mencapai kinerja mereka.

Kata kunci: kinerja, karakteristik informasi, sistem informasi manajemen.

Salah satu peran penting sistem informasi akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi bagi orang yang tepat dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat. Informasi berperan meningkatkan kemampuan manajemen untuk memahami keadaan lingkungan sekitarnya dan mengidentifikasikan aktivitas yang relevan (Nazarrudin 1998:142). Perencanaan sistem informasi manajemen yang merupakan bagian dari sistem pengendalian organisasi perlu mendapat perhatian karena sistem informasi berguna bagi organisasi-organisasi untuk mengendalikan dan memonitor proses yang memiliki nilai tambah (Stair 1996:41).

Informasi yang diterima oleh pihak manajemen sangat beraneka ragam dalam bentuk maupun fungsinya. Dengan beragamnya informasi yang diterima oleh manajemen, maka perlu dipilih dan dikelompokkan karektersitik informasi yang dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian kinerja manajemen.

Diakui oleh banyak peneliti bahwa mengukur manfaat suatu informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi manajemen terhadap kinerja organisasi, merupakan hal yang sangat sulit (Mahmood dan Mann 2000). Tidak mengherankan jika muncul berbagai ketidaksetujuan diantara para peneliti sendiri mengenai hubungan antara kinerja dan manfaat sebuah informasi. Salah satu alasan utama ketidaksetujuan tersebut adalah korelasi yang mencerminkan hubungan antara kinerja dan informasi tidak secara langsung menunjukkan hubungan kausalitas. Meskipun masih terjadi pro dan kontra mengenai masalah tersebut, namun penelitian-penelitian mengenai hubungan antara kinerja manjerial dengan informasi tetap terus dilakukan, diantaranya oleh Chia (1995), Gul dan Chia (1994), Mia dan Chenhall (1994), Choe (1996) dan masih banyak lagi. Sejalan dengan hasil-hasil yang dicapai oleh penelitian-penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Nazaruddin (1998) juga berhasil membuktikan bahwa informasi yang memiliki karakteristik broadscope, tepat waktu (timeliness) memiliki agregasi dan terintegrasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Mengikuti hasil-hasil yang telah dicapai oleh penelitian-penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk membuktikan adanya hubungan antara informasi dengan kinerja manajerial. Karakteristik informasi yang bagaimana yang dibutuhkan untuk mendukung kinerja yang baik.

Selengkapnya download artikel jurnal sistem informasi akuntansi manajemen via ziddu


Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEJ

Abstrak

Properti merupakan salah satu sektor yang terpuruk sejak krisis ekonomi. Hal ini mengakibatkan harga saham properti di bursa efek juga terpuruk. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor fundamental dan risiko sistematik yang mempengaruhi harga saham di sektor properti.

Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari tiga puluh tiga perusahaan, hanya diambil tiga belas perusahaan, karena memiliki laporan keuangan secara lengkap tahun 1996-2001.

Hasil penelitian menunjukkan hanya faktor fundamental Book Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan faktor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh.

Kata kunci: faktor fundamental, risiko sistematik, harga saham sektor properti.

Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya.

Menurut Francis (1988),

In preparing their estimate of security’s value, fundamental analysts study the basic financial and economic facts about the company that issues the security. They study the level and trend of the firm’s sales and earnings, the quality of the firm’s products, the firm’s competitive position in the markets where its products are sold, the firm’s labor relations, the firm’s sources of raw materials. The government rules that apply to the firm, and many other factors that may affect the value of the firm’s common stock

Dapat dikatakan bahwa untuk memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya (Stoner et al. 1995). Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas (Gitman 2003). Dengan analisis tersebut, para analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai intrinsik, nilai pasar, Return On Total Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Price Earning Ratio (PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham.

Analisis teknikal menggunakan data pasar yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Menurut Malkiel (1996), pendekatan ini pada intinya membuat serta menginterpretasikan grafik saham ditinjau dari pergerakan harga saham dan volume transaksinya untuk mendapatkan petunjuk tentang arah perubahan di masa yang akan datang.

Menurut Jones (1996),

Systematic risk as is shown in part two on portfolio management an investor can construct a diversified portfolio and eliminate part of the total risk. The diversiviable or non market part. What is left is the diversiviable portion or the market risk variability in a securities total return that is directly associated with overall movements in the general market or economy”.

Jadi risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar dapat diukur dengan beta. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi.

Selengkapnya download artikel jurnal analisis harga saham properti via ziddu


Manajemen Pendapatan dan Pengecualian Pajak Pendapatan di Malaysia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah praktek manajemen pendapatan terjadi di Malaysia untuk periode pengamatan tahun 1999. Penelitian ini didasarkan pada abnormal akrual dan menggunakan model Jones (1991) dengan membagi discretionary accrual dan nondiscretionary accrual yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah 295 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Kuala Lumpur yang laporan keuangannya lengkap untuk tahun 1992-2000. Penelitian ini tidak memberikan bukti yang kuat bahwa praktek manajemen pendapatan dengan pola maksimalisasi laba telah dilakukan dalam tahun 1999 yang dimotivasi dengan adanya pengecualian pajak. Analisa ini juga dilakukan untuk tahun 2000 dengan alasan praktek manajemen pendapatan pada tahun tersebut memberikan efek pada pelaporan tahun berikutnya. Oleh karena itu dapat diidentifikasikan bahwa temuan pada tahun 2000 juga mendukung temuan tahun sebelumnya.

Kata kunci: abnormal accrual, discretionary accrual, non-discretionary accrual.

Manajemen pendapatan, dapat didefinisikan sebagai tindakan manajemen untuk melaporkan pendapatan perusahaan melalui laporan keuangan dengan cara memaksimumkan (income maximization) atau menyama-ratakan (income smoothing) untuk beberapa waktu tertentu atau meminimumkannya (income minimization) dari jumlah pendapatan yang sebenarnya diperoleh. Cara mana yang dipilih bergantung kepada motivasi yang melatarbelakangi mereka untuk melakukannya.

Schipper (1989) mendefinisikan manajemen pendapatan, sebagai campur tangan pihak manajemen dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan kepada pihak luar. Tujuan tertentu yang dimaksudkan ialah memperoleh beberapa keuntungan diri sendiri yang bertentangan dengan proses operasi yang jujur.

Berdasarkan kajian-kajian terdahulu, berlakunya manajemen pendapatan selalu didorong oleh terdapatnya motivasi tertentu oleh karenanya pengujian atau pemeriksaan terhadap berlakunya manajemen pendapatan dimulai dengan tinjauan ke atas apa yang menjadi motivasi berlakunya manajemen pendapat tersebut, sehingga dapat ditaksir bentuk atau pola manajemen pendapatan yang akan berlaku. Sehubungan dengan ini, diketahui terdapat banyak faktor yang menyebabkan pihak manajemen terdorong atau termotivasi untuk melakukan praktek manajemen pendapatan, di antaranya adalah:

1. Motivasi pasar modal (capital market motivation). Motivasi ini dimaksudkan oleh pihak manajemen untuk memperoleh harga pasaran saham yang lebih baik, atau setidaknya mempertahankan kestabilan harga pasar saham perusahaan yang ada di pasar modal. Kajian mengenai motivasi pasar modal ini telah dilakukan oleh banyak peneliti sebelumnya, di antaranya adalah DeAngelo (1990), dan Dechow, Sloan dan Richard (1995).

2. Motivasi kontrak (contracting motivations). Kajian mengenai motivasi-motivasi kontrak ini telah dilakukan oleh Watts dan Zimmerman (1986), motivasi ini dapat dibedakan lagi ke atas dua bagian, yaitu:

• Motivasi kontrak pinjaman (lending contracts motivation), yaitu usaha manajemen untuk melindungi diri agar terlihat tidak menyalahi kontrak perjanjian pinjaman yang sudah disetujui sebelumnya. Kajian mengenai motivasi ini telah dilakukan oleh Healy and Palepu (1990); DeAngelo dan Skinner (1994); DeFond and Jiambalvo (1994).

• Motivasi kontrak kompensasi manajemen (management compensations contracts motivation). Motivasi kontrak konpensasi ini dilakukan oleh pihak manajemen dengan tujuan agar mereka boleh menerima imbalan yang lebih besar dalam bentuk gaji dan bonus. Kajian mengenai motivasi kontrak kompensasi ini telah banyak dilakukan sebelumnya, seperti DeAngelo (1986).

3. Motivasi pajak (taxation motivation). Manajemen pendapatan dengan motivasi pajak ini dilakukan oleh para manajemen perusahaan dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan dengan cara meminimumkan beban pajak pendapatan. Motivasi ini biasanya terjadi dalam keadaan adanya kebijakan-kebijakan baru pemerintah mengenai perpajakan, seperti perubahan tarif pajak, keringanan pajak, dan pengecualian pajak pendapatan. Penelitian mengenai manajemen pendapatan yang didorong oleh motif pajak ini juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, yaitu: Porcano (1997), Scott (1997), Guenther (1994), dan Lindahl (1989).

Selengkapnya download artikel jurnal manajemen pendapatan via ziddu


Saturday, June 13, 2009

Analisis terhadap Perlunya Penyesuaian Laporan Keuangan Historis (Conventional Accounting) Berdasarkan Tingkat Harga Umum (General Price Level )

Abstrak

Secara umum, dalam akuntansi konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah.

Sebenarnya, terdapat beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat harga umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilai historis.

Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat ini. Beberapa argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga hasil dari dua penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga umum terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.

Kata kunci: akuntansi historis, akuntansi tingkat harga umum, daya beli (inflasi), laporan keuangan, rasio keuangan.

Laporan keuangan merupakan salah satu informasi keuangan yang dibutuhkan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Oleh karena itu laporan keuangan tersebut harus dapat memberikan informasi yang lebih realistis dan dapat menggambarkan kondisi perusahaan yang mendekati keadaan sebenarnya.

Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis (historical cost accounting) yaitu menggunakan harga pada saat transaksi dan menganggap bahwa harga-harga akan stabil. Penyusunan laporan keuangan berdasarkan nilai histories tidak mencerminkan adanya perubahan daya beli, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan kurang mampu mencerminkan keadaan sebenarnya jika terjadi perubahan harga. Hal tersebut akan menyebabkan ketidakakuratan dan ketidaktelitian dari laporan keuangan yang disajikan sehingga pihak intern maupun ekstern perusahaan dapat kehilangan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Dengan sendirinya laporan keuangan tersebut tidak dapat digunakan untuk mengambil keputusan begitu saja tanpa adanya tambahan informasi.

Selengkapnya download artikel jurnal laporan keuangan via ziddu


Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex –Dividend Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengumuman ex-dividend date di Bursa Efek Jakarta, dengan mengambil sampel 14 saham. Sampel dibagi menjadi dua, yaitu dividen naik dan dividen turun. Periode penelitian selama 120 hari yang dibagi menjadi dua periode yaitu periode estimasi selama 90 hari dan periode peristiwa selama 30 hari termasuk 15 hari sebelum dan sesudah event.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study yang akan mengamati pergerakan harga saham di pasar modal. Untuk menguji adanya reaksi harga dilakukan tes abnormal return selama periode peristiwa dengan analisis perhitungan berdasarkan konsep model-model keseimbangan yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan dengan melakukan pengujian abnormal return terhadap dividen naik dan dividen turun pada saat ex-dividend date.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi 10% ada 2 hari kerja yang masih menghasilkan abnormal return yang signifikan pada dividen naik, yaitu hari ke 4 sebelum event date sebesar - 0,001102 atau sekitar 0,1% dan pada hari ke 5 setelah event date sebesar - 0,032184 atau sekitar 3%. Sedangkan pada dividen turun menunjukkan bahwa ada 3 hari bursa yang masih memberikan abnormal return yang signifikan, yaitu pada hari ke 13 dan pada hari ke 2 sebelum event date sebesar 0,028263 atau sekitar 2% dan 0,0166274 atau sekitar 1%, serta pada hari ke 5 setelah event date sebesar 0,029105 atau sekitar 3%.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa harga saham bereaksi negatif terhadap informasi pengumuman dividen naik pada saat ex-dividen date, dan bereaksi positif terhadap informasi pengumuman dividen turun pada saat ex-dividend date.

Kata kunci: Ex-dividend date, return, CAPM.

Pembagian dividen kepada pemegang saham menyebabkan posisi kas suatu perusahaan semakin berkurang. Hal ini juga mengakibatkan leverage (rasio antara hutang terhadap ekuitas) akan semakin besar. Dampak yang timbul adalah para pelaku pasar akan berpikiran negatif terhadap perusahaan. (Campbell and Beranek’s 1995) menyatakan bahwa pembagian dividen tunai kepada pemegang saham akan menyebabkan harga saham jatuh pada waktu ex-dividend date.

(Elton and Gruber 1980) memberikan penjelasan awal mengenai fenomena exdividend date yang cenderung didasarkan pada perbedaan tarif pajak terhadap dividen dan capital gain income untuk marginal long-term investor. (Eades et al. 1994) menyatakan bahwa hasil awal studinya tidak secara jelas dapat diinterpretasikan sebagai dukungan terhadap pengenaan pajak sebagai suatu variabel penjelas dalam mengobservasi ex-dividend date. Sedangkan (Michaely and Murgia 1995) melakukan penelitian tentang perilaku dividen di Milan Stock Exchange (MSX), dengan sampel yang diteliti adalah investor yang dibagi dalam dua kelompok perdagangan saham dengan tarif pajak yang berbeda atas pendapatan dividen mereka. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, terdapat suatu porsi yang signifikan terhadap perdagangan pada ex-dividend date yang termotivasi karena pajak. Namun demikian, penelitian ini tidak sepenuhnya dapat menjelaskan penyebab penurunan harga saham pada exdividend date.

(Jagannathan and Frank 1998) secara rinci menjelaskan bahwa suatu efek dari kekuatan ex-dividend date di Hongkong tidak disebabkan oleh pembebanan pajak yang berbeda pada dividen dan capital gains. Simultinitas kebijakan dividen dan struktur modal dapat dicermati dari karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap simultinitas kebijakan dividen dan struktur modal yang berbeda pula. Hasil penelitian yang mendukung simultinitas kebijakan dividen dan struktur modal (Noronha et al. 1996), mengatakan bahwa kebijakan dividen dan struktur modal dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan, dalam hal tingkat pertumbuhan (growth) dan diversitas kepemilikan (blockholder).

Penjelasan lain didasarkan pada pedagang-pedagang jangka pendek yang mencoba mengambil keuntungan atas perbedaan perlakuan dividen dan capital losses atau penggunaan dividend capture strategy sebagaimana dilakukan oleh (Kalay 1992), (Lakonishok and Vermaelen 1986), (Karpoff and Walking 1988) dan (Michaely 1991). Hasil penelitian tersebut memberikan petunjuk eksplisit bahwa pembagian dividen akan berdampak terhadap pendanaan perusahaan, karena perusahaan mengeluarkan dana kas besar untuk pemegang saham. Apabila pembayaran dividen semakin besar, secara keseluruhan posisi modal akan menurun. Hal ini terlihat dari munculnya hubungan yang berbanding terbalik antara dividen dengan modal sendiri. Semakin besar dividen yang dibayar akan mengurangi besarnya laba ditahan, sehingga posisi modal perusahaan akan turun. Hal ini membuat investor berpikiran negatif sehingga harga saham perusahaan tersebut pada saat ex-dividend date mengalami penurunan, sehingga terjadi abnormal return yang negatif.

Selengkapnya download artikel jurnal penelitian akuntansi via ziddu


Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang serta Pangsa Pasar

Abstrak

Studi ini meneliti empat proksi rasio-rasio persaingan yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Proksi tersebut meliputi profitabilitas industri, rasio leverage keuangan tertimbang, rasio intensitas modal tertimbang dan pangsa pasar. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang gopublic di Indonesia sejak 1994-1997 dengan total sampel per tahun sebanyak 41 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan pooling data. Uji t dan uji F digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pertama, tiga variabel, yaitu ROA industri, intensitas modal tertimbang, dan leverage keuangan tertimbang terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan. Kedua, tiga variabel, yaitu ROE industri, leverage keuangan tertimbang, dan pangsa pasar terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROE. Ketiga, berdasarkan nilai R2, hasil analisis regresi ROE lebih robust dibandingkan hasil analisis regresi ROA. Keempat, profitabilitas industri terbukti superior dalam menjelaskan ROA, sedangkan variabel yang superior dalam menjelaskan ROE adalah rasio leverage keuangan tertimbang.

Kata kunci: Return on assets, return on equity, rasio industri.

Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan, perkembangan industri yang pesat membawa implikasi pada persaingan antar perusahaan dalam industri. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerjanya agar tetap bertahan dalam masa krisis maupun persaingan yang semakin ketat.

Kinerja perusahaan pada akhir periode harus dievaluasi untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Proses evaluasi memerlukan standar tertentu sebagai dasar perbandingan. Standar yang digunakan dapat bersifat internal atau eksternal. Standar internal pada umumnya mengacu pada perbandingan kinerja perusahaan saat ini dengan periode sebelumnya. Standar eksternal mengacu pada competitive benchmarking yang merupakan proses perbandingan kinerja perusahaan dengan pesaing utama atau industri (Wright et al. 1996). Pendekatan competitive benchmarking harus dilakukan secara hati-hati agar hasil evaluasi kinerja perusahaan dapat berguna untuk pemetaan posisi perusahaan dalam persaingan industri.

Evaluasi kinerja perusahaan dengan mengacu pada standar eksternal melalui competitive benchmarking memberikan gagasan untuk mengembangkan analisis rasio keuangan perusahaan individual dengan mempertimbangkan rasio industri. (Beard dan Dess 1979) mengukur rasio keuangan tersebut melalui perbandingan rasio keuangan perusahaan individual dibagi rasio industri. Rasio industri dalam penelitian tersebut merupakan penimbang dari rasio keuangan individual. Rasio ini untuk selanjutnya disebut sebagai rasio keuangan tertimbang. Penyebutan ini dimaksudkan untuk membedakannya dengan rasio keuangan tradisional.

Analisis kinerja perusahaan individual dengan menggunakan pendekatan industri sangat relevan dalam persaingan industri, karena kinerja perusahaan tidak hanya dipengaruhi kegiatan internalnya. Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya dalam persaingan industri seringkali juga berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan yang bersangkutan.

Salah satu indikator penting dalam persaingan industri adalah daya tarik bisnis (business attractiveness). Dalam matriks portofolio Boston Consulting Group (BCG), daya tarik bisnis tercermin dari sumbu (axis) vertikal. Indikator daya tarik bisnis tersebut dapat diukur dari profitabilitas industri (seperti ROA dan ROE industri). Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam industri. Dari sudut pandang teori ekonomi mikro, bahwa dalam situasi kondisi persaingan, rate of return akan cenderung mengarah pada keseimbangan (equality). Jadi daya tarik bisnis yang semakin tinggi akan mendorong pendatang baru untuk masuk dalam industri sehingga laba abnormal tersebut lambat laun akan kembali menurun menuju laba normal. Demikian juga sebaliknya bila profitabilitas industri cenderung turun, akan menyebabkan tidak menarik bagi pendatang baru, atau bahkan ditinggalkan oleh sebagian perusahaan, sehingga laba yang rendah lambat laun meningkat kembali menuju laba normal. Laba normal yang dimaksudkan di sini adalah laba yang mencerminkan keseimbangan rate of return.

Indikator lain dalam persaingan industri adalah posisi relatif perusahaan dalam persaingan industri. Dalam matriks portofolio BCG, daya tarik bisnis tercermin dari sumbu (axis) horisontal. Indikator posisi relatif perusahaan dalam persaingan industri dapat diukur dari pangsa pasar (market share). Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan dalam persaingan pasar. Pada dasarnya, seluruh aktivitas perusahaan lebih banyak bersifat pengeluaran, sedangkan penjualan merupakan unsur penerimaan. Jadi semakin besar pangsa pasar atau semakin tinggi penjualan relatif perusahaan dalam industri berarti semakin tinggi penerimaan perusahaan yang merupakan komponen penting dalam perhitungan laba perusahaan.

(Commanor dan Wilson 1967), serta (Porter 1979) mengemukakan bahwa dalam mempelajari persaingan industri, hal penting yang perlu diperhatikan adalah tingkat hambatan untuk keluar masuk industri (barrier to entry). Penggunaan rasio intensitas modal (capital intensiveness) yang diukur dari total aktiva terhadap penjualan sebagai indikator barrier to entry. Semakin tinggi rasio intensitas modal menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk industri. Hal tersebut karena dibutuhkan lebih banyak aset untuk menghasilkan setiap unit penjualan.

Dari sudut pandang manajemen keuangan, rasio leverage keuangan merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan (leveraged) profitabilitas perusahaan. Rasio leverage keuangan membawa implikasi penting dalam pengukuran risiko finansial perusahaan. Pengembangan analisis pendekatan tradisional ke pendekatan industri menunjukkan dalam menentukan setiap aktivitasnya perusahaan harus memperhatikan atau membandingkannya dengan aktivitas yang dilakukan oleh pesaing (competitive benchmarking).

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari ROA industri, rasio leverage keuangan tertimbang, rasio intensitas modal tertimbang, dan pangsa pasar terhadap ROA perusahaan dan juga untuk mengetahui pengaruh dari ROE industri, rasio leverage keuangan tertimbang, rasio intensitas modal tertimbang, dan pangsa pasar terhadap ROE perusahaan manufaktur yang gopublic di Indonesia.

Selengkapnya download artikel jurnal perusahaan manufaktur Indonesia via ziddu


Monday, June 8, 2009

Pengaruh Teknologi Informasi, Saling Ketergantungan, Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial

Abstrak

Penelitian tentang faktor–faktor yang mempengaruhi rancangan sistem akuntansi manajemen (SAM) masih sangat terbatas. Akhir–akhir ini perhatian peneliti telah dicurahkan untuk memahami bagaimana variabel kontinjensi yang berbeda mempengaruhi SAM. Banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang tidak konsisten, karenanya diperlukan penelitian–penelitian lanjutan. Penelitian ini mengkaji peran karakterisrik sistem akuntansi manajemen terhadap hubungan antara teknologi informasi, saling ketergantungan dan kinerja manajerial. Karakteristik SAM didefinisikan sebagai tingkat dimana manajer menggunakan informasi SAM scope untuk pengambilan keputusan manajerial. Respon yang diperoleh dari 110 manajer yang bekerja pada perusahaan industri manufaktur di Jawa Timur dianalisa dengan menggunakan structural equation modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik SAM bertindak sebagai variabel antara dalam hubungan antara teknologi informasi, saling ketergantungan dan kinerja manajerial.

Kata kunci: Teknologi Informasi, Saling Ketergantungan, Sistem Akuntansi Manajemen Scope.

Penggunaan teori kontinjensi untuk analisis sistem akuntansi manajemen telah lama menarik minat para peneliti. Pendekatan kontinjensi yang digunakan dalam akuntansi manajemen didasarkan pada suatu premis bahwa tidak terdapat sistem akuntansi yang sesuai untuk semua organisasi dalam semua situasi (Otley 1980). Dalam penelitian sistem akuntansi manajemen, pendekatan kontinjensi diperlukan untuk mengevaluasi faktor kondisional yang menyebabkan sistem akuntansi manajemen menjadi lebih efektif. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini mengidentifikasi variabel kontinjensi di dalam perancangan sistem akuntansi manajemen.

Sistem akuntansi manajemen (SAM) merupakan sistem formal yang dirancang untuk menyediakan informasi bagi manajer (Simons 1987; Bowens dan Abernethy, 2000). Perencanaan sistem akuntansi manajemen yang merupakan bagian dari sistem pengendalian organisasi perlu mendapat perhatian, hingga dapat diharapkan akan memberikan kontribusi positif dalam mendukung keberhasilan sistem pengendalian manajemen. Sistem akuntansi manajemen dapat membantu manajer dalam pengendalian akitivitas dan pengurangan ketidakpastian sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan pencapaian tujuan (Gordon dan Miller 1976; Kaplan 1984; Anthony et al. 1998; Atkinson et al. 1995).

Secara tradisional, rancangan sistem akuntansi manajemen berorientasi pada informasi finansial internal organisasi yang berbasis pada data historis. Dengan meningkatnya tugas pemecahan masalah yang dihadapi oleh manajemen, maka rancangan sistem akuntansi manajemen tidak hanya berorientasi pada data finansial saja tetapi berorientasi pada data yang bersifat eksternal dan nonfinansial. (Mia dan Chenhall 1994).

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi manajemen via ziddu


Electronic Commerce: Tantangan Kompetensi Akuntan dalam Menghadapi Isu Internal Kontrol

Abstrak

Kemunculan internet dan world wide web sebagai dasar berkembangnya perdagangan elektronik atau electronic commerce telah menimbulkan permasalahan yang cukup pelik bagi seorang akuntan dalam menjalankan penugasannya. Dalam lingkungan perdagangan yang sudah memanfaatkan jaringan komputer, baik dalam kapasitasnya sebagai intranet, extranet, maupun internet, sistem pengendalian internal menjadi semakin rumit. Beberapa isu seperti keamanan dan keaslian transaksi yang dulunya nampak sederhana dalam lingkungan yang tidak berbasis komputer, sekarang menjadi sangat kompleks. Dalam electronic commerce, isu-isu tersebut dikenal dengan istilah confidentiality, integrity, authenticity, non-repudiation dan sebagainya. Kekompleksan ini dikarenakan hal-hal tersebut tidak bisa lagi dilihat hanya dari disiplin akuntansi atau bisnis semata, tetapi juga mengarah dan melibatkan pemahaman permasalah teknis yang menginjak disiplin ilmu di luar akuntansi. Hal ini tidak jarang menimbulkan kegagapan akuntan dalam menghadapi masalah-masalah pengendalian internal dalam lingkungan sistem akuntansi berbasis komputer, apalagi jika bisnis telah memanfaatkan jaringan komputer dalam melakukan aktifitas utama dan aktifitas pendukung administratif akuntansinya. Artikel ini akan membahas materi-materi yang terkait dengan isu-isu baru diseputar pengendalian internal, implikasi e-commerce terhadap pengendalian internal dan peluang yang dimiliki oleh akuntan.

Kata kunci: pengendalian internal, e-commerce, confidentiality, integrity, authenticity, non-repudiation.

Internet adalah salah satu infrastruktur dalam bisnis sebagai salah satu pemampu munculnya e-commerce yang tidak dimiliki oleh siapapun dan juga sekaligus dimiliki oleh siapapun. Ditinjau dari aspek biaya dan legalitas, potensi pemanfaatan prasarana internet untuk bisnis sangat luas terbuka. Disamping itu luasnya daya jangkau penyebaran informasi oleh internet menyebabkan pemanfaatan infrastruktur ini dapat dikategorikan sebagai infrastruktur yang cost effective. Pemberdayaan internet untuk mendukung bisnis komersial semakin marak dengan ditemukannya world wide web yang memampukan pemakai untuk berpindah dari satu situs ke situs lain secara mudah dan cepat meskipun masing masing dibangun atas platform yang berbeda. Perusahaan dapat memanfaatkan kemampuan ini untuk berinteraksi dengan potential customer dan trading partner nya diseluruh dunia tanpa khawatir terjadi masalah incompatibility sistem pada kedua belah pihak. Ternyata hal ini membawa dampak yang cukup signifikan dalam pengelolaan bisnis. Bahkan memaksa beberapa bisnis tradisional harus memikirkan ulang (fundamental rethinking) cara bisnis mereka.

Sebagai contoh, munculnya perusahaan amazon.com yang sukses memanfaatkan webbased strategy, yang menyediakan situs di internet yang menawarkan berbagai macam barang dan sekaligus menyediakan sistem akuntansi ordering cycle, shipping system, inventory cycle and payment cycle dalam website nya yang dapat diakses di seluruh dunia.

Cara bisnis ini tentunya sangat berbeda jika dibandingkan dengan bisnis tradisional dimana sistem informasi akuntansi merupakan sistem internal perusahaan yang tertutup dan tidak memberi kesempatan customer untuk melakukan akses pada sebagian sistem akuntansi tersebut. Oleh karena itu sistem informasi yang dihasilkan perusahaan haruslah merupakan sistem informasi yang andal. Sistem informasi akuntansi yang andal mensyaratkan bahwa database dan sistem pemrosesan data internal perusahaan beserta dengan sistem jaringannya dapat menghasilkan dan mendistribusikan informasi yang akurat, relevan, lengkap, tepat waktu dan aman.

Selengkapnya download artikel jurnal sistem akuntansi berbasis komputer via ziddu


Faktor-faktor yang Mendorong Perpindahan Auditor (Auditor Switch) pada Perusahaan-perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi faktor-faktor yang mendorong klien untuk mengganti auditor yang ada, berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chow dan Rice (1982). Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah qualified audit opinion. Disamping itu penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yang terdiri dari merger, management changes dan expansion.

Unit analisis yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah Surabaya dan Sidoarjo yang pernah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Data diperoleh dengan cara mengirimkan kuesioner kepada responden yang dituju. Secara keseluruhan, temuan yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan tidak terdapat bukti yang signifikan bahwa qualified audit opinion dan ketiga variabel kontrol yang lain merupakan variabel yang memprediksi perpindahan auditor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di wilayah Surabaya dan Sidoarjo.

Kata kunci: audit, pergantian auditor, qualified audit opinion.

Perusahaan tentunya menginginkan auditor memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian atas laporan keuangannya. Jenis opini diluar itu biasanya kurang diinginkan oleh manajemen klien dan tidak begitu bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan (Willingham dan Charmichael 1997:351). Manajemen perusahaan berusaha menghindari opini Wajar Dengan Pengecualian karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer (Chow dan Rice 1982:327).

Seperti halnya perusahaan, auditor juga menginginkan agar dapat mengekspresikan Unqualified Opinion atas laporan keuangan (Willingham and Charmichael 1997:351). Dengan banyaknya KAP yang ada, persaingan antar KAP akan semakin ketat. Keinginan KAP agar tetap dapat eksis dalam persaingan, berpeluang untuk menghalangi obyektifitas KAP yang selanjutnya akan mempengaruhi pula independensinya dalam melaksanakan tugas auditnya. Meskipun perilaku “opportunistic” oleh auditor pada awal penugasannya pada perusahaan yang melakukan auditor switch ternyata tidak terbukti dilakukan (Houghton et. al. 1996)

Pertumbuhan usaha yang cepat, terjadinya perubahan manajemen mungkin tidak diikuti oleh “expertise” auditor. Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak bisa dipenuhi kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditor yang ada saat ini (Joher et al. 2000).

Perusahaan yang sedang melakukan aktivitas pendanaan atau melakukan new financing tentunya berharap mendapatkan reaksi yang positif dari auditor switch yang dilakukan. Dengan mengganti auditornya dengan auditor yang lebih punya nama maka reputasi perusahaan juga akan terangkat dimata investor. (Smith dan Nichols 1982), (Eichenseher et al. 1989).

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi perusahaan via ziddu


Wednesday, June 3, 2009

Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris

Abstrak

Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Hasil penelitian tentang kompetensi menunjukkan bahwa profesi akuntansi mulai tidak menarik dan tergeser oleh profesi yang lain. Hal ini berdampak terhadap kualitas calon mahasiswa yang memasuki pendidikan formal akuntansi, yang pada akhirnya akan membuat rendah kompetensi lulusan pendidikan formal akuntansi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan formal akuntansi dirasa masih kurang memadai untuk menunjang kompetensi lulusan program studi akuntansi. Penelitian juga memberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan dan pelatihan yang dilakukan akan meningkatkan keahlian dalam melakukan audit. Untuk itu maka masukan dari Kantor Akuntan Publik dan organisasi profesi sangat diperlukan untuk mengembangkan suatu kurikulum pendidikan formal akuntansi dan pelatihan akuntansi.

Hasil penelitian tentang independensi menunjukkan bahwa dalam mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya. Tetapi disisi lain terdapat beberapa kekuatan yang bisa meredakan pengaruh tersebut. Hasil penelitian juga memberikan bukti bahwa pemisahan staf audit dari staf yang melakukan consulting service dirasakan oleh pemakai laporan akan meningkatkan independensi akuntan publik. Pengaruh Budaya masyarakat atau organisasi terhadap pribadi akuntan publik akan mempengaruhi sikap independensinya.

Kata kunci: akuntan publik, kualitas audit, kompetensi, independensi.

Pada perusahaan besar, khususnya perusahaan go public, terdapat pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Manajemen adalah pihak yang mengelola serta mengendalikan perusahaan. Manajemen dipercaya dan diberi wewenang untuk mengelola sumber daya yang diinvestasikan ke dalam perusahaan oleh pemilik. Manajemen bertugas menjalankan kegiatan bisnis perusahaan. Konsekuensi dari hal ini adalah pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang tersebut secara periodik kepada pemilik. Pertanggungjawaban periodik ini umumnya menggunakan media laporan keuangan. Untuk itu manajemen harus merancang dan mengimplementasikan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan secara periodik yang akurat dan dapat diandalkan. Selain pemilik, masih terdapat pihak lain yang memerlukan informasi yang berasal dari laporan keuangan. Pihak lain tersebut antara lain adalah pemberi pinjaman, calon kreditor atau investor, pemerintah, analis keuangan dan sebagainya.

Dari uraian di atas terlihat adanya sebuah kepentingan yang berbeda antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan. Manajemen berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan pemakai laporan keuangan, khususnya pemilik berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen di dalam mengelola perusahaan. Perbedaan ini menimbulkan konflik kepentingan antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan. Karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan maka laporan keuangan harus diaudit oleh pihak ketiga yang independen. Selain masalah konflik kepentingan antara manajemen dengan pemilik, terdapat hal lain yang menyebabkan laporan keuangan perlu diaudit. Hal tersebut adalah: (1) informasi dalam laporan keuangan memiliki konsekuensi ekonomis yang substansial dalam pengambilan keputusan, (2) sebuah keahlian sering diperlukan dalam penyusunan dan verifikasi informasi dalam laporan keuangan, (3) pemakai laporan keuangan tidak bisa secara langsung melakukan verifikasi terhadap kualitas informasi dalam laporan keuangan (Taylor 1997). Informasi keuangan merupakan salah satu informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomis. Agar informasi tersebut dapat dipercaya maka laporan keuangan harus diaudit. Semakin kompleks transaksi yang terjadi di perusahaan, maka aturan standar akuntansi yang harus diikuti untuk membuat laporan keuangan juga semakin kompleks. Untuk memastikan kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dengan standar akuntansi yang ada, maka laporan keuangan perlu diaudit. Dalam perusahaan publik, pemilik (public) tidak bisa secara langsung melakukan verifikasi terhadap kualitas informasi dalam laporan keuangan, untuk itu diperlukan auditor untuk melakukan verifikasi terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen.

Selengkapnya download artikel jurnal akuntan publik via ziddu


Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas di Indonesia

Abstrak

Sejak diterapkannya sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia yang dimulai pada bulan Agustus 1998 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika secara akumulatif telah terdepresiasi sebesar 48,7% sampai dengan Desember 2001. Kenyataan ini telah mengakibatkan perdebatan banyak ahli tentang sumber ketidakstabilan nilai tukar tersebut, apakah disebabkan oleh faktor ekonomi ataukah faktor non ekonomi. Dengan mengetahui sumber penyebabnya, maka akan lebih mudah bagi para ahli dan penyelenggara negara untuk merumuskan solusinya.

Penelitian ini bertujuan menganalisis tentang hubungan berbagai variabel ekonomi, yaitu tingkat inflasi; tingkat suku bunga; jumlah uang beredar; pendapatan nasional di Indonesia dan Amerika Serikat, serta posisi neraca pembayaran internasional Indonesia, dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dengan tujuan untuk memberikan kontribusi pemikiran terhadap proses pemecahan permasalahan tersebut.

Dari analisis data diperoleh hasil bahwa hanya variabel jumlah uang beredar yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, sedangkan variabel – variabel yang lainnya tidak. Dengan koefisien determinasi sebesar 32,5% mengindikasikan, bahwa 67,5% dari variabel terikatnya dipengaruhi oleh faktor–faktor selain faktor ekonomi yang dalam penelitian ini menjadi variabel bebas. Faktor–faktor lain tersebut bisa dikategorikan dalam faktor ekonomi lainnya maupun faktor–faktor non ekonomi.

Dengan demikian dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa, kecuali variabel jumlah uang beredar, sebagian besar pergerakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditentukan oleh faktor-faktor lain, baik faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi.

Kata kunci: nilai tukar, faktor ekonomi, faktor non ekonomi.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1998 telah membawa dampak dalam perkembangan perekonomian nasional baik dalam sektor moneter maupun sektor riil. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menjadi sangat besar pada awal penerapan sistem tersebut. Hal ini membuat meningkatnya derajat ketidakpastian pada aktivitas bisnis dan ekonomi di Indonesia. Banyak faktor, baik yang bersifat non ekonomi maupun ekonomi, yang dituduh menjadi penyebab dari bergejolaknya nilai tukar tersebut.

Faktor non ekonomi lebih sering dianggap sebagai penyebab gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar. Untuk membuktikan, bahkan mengukur seberapa besar pengaruh non ekonomi tersebut akan sangat sulit dilakukan. Keadaan tersebut berbeda dengan keberadaan faktor ekonomi, yang antara lain seperti inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, pendapatan nasional, dan posisi neraca pembayaran internasional, yang umumnya relatif dapat lebih terukur.

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi indonesia via ziddu


Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya

Abstrak

Tulisan ini membahas dan merangkum hipotesis pasar efisien sebagaimana pertama kali dikemukakan oleh Fama (1970). Menurut konsep pasar efisien, pasar dikatakan efisien bilamana harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada. Menurut Fama (1970), ada tiga bentuk tingkat efisiensi pasar berdasarkan pada tingkat penyerapan informasinya, yaitu pasar efisien bentuk lemah, pasar efisien bentuk semi kuat, pasar efisien bentuk kuat. Teori efisiensi pasar telah menjadi acuan kajian yang mendapat perhatian luas selama tiga dasawarsa terakhir dan menjadi topik paling menarik dalam perkembangan teori keuangan perusahaan.

Bukti empiris yang sejauh ini telah dikemukakan cenderung mendukung hipotesis bahwa pasar modal di Amerika cenderung berbentuk efisien dalam tingkat semi-kuat. Artinya, informasi yang membentuk harga di pasar masih didominasi oleh informasi historis dan informasi publik, walaupun dalam banyak hal masih belum dapat dikatakan pasti. Sisi menarik lain yang terkait dengan hipotesis pasar efisien adalah ditemukannya anomali yang dalam banyak hal sepertinya mementahkan konsep efisiensi pasar yang berkembang selama ini. Setidaknya ada empat kelompok anomali yang dikenal sejauh ini, yaitu anomali perusahaan, anomali musiman, anomali peristiwa atau kejadian, dan anomali akuntansi.

Kata kunci: hipotesis pasar efisien, pasar efisien bentuk lemah, pasar efisien bentuk semi kuat, pasar efisien bentuk kuat, anomali.

Salah satu terobosan penting dalam perkembangan teori keuangan perusahaan adalah dikedepankannya hipotesis pasar efisien (Efficient Market Hypothesis) oleh Fama di tahun 1970. Sejak dikemukakan tahun 1970, teori pasar efisien seakan-akan menjadi magnet bagi peneliti keuangan untuk terus diuji keabsahannya. Miller (1999), sebagai salah satu penerima hadiah Nobel bidang Ekonomi dalam artikelnya tentang sejarah keuangan, berpendapat bahwa Fama juga pantas untuk mendapatkan hadiah Nobel atas teori yang disampaikannya tersebut. Miller (1999) dan beberapa ahli keuangan perusahaan dengan tegas mengatakan bahwa salah satu temuan penting dalam sejarah perkembangan teori keuangan adalah teori pasar efisien dan dari sekian banyak teori keuangan, teori pasar efisien adalah yang paling banyak mendapat perhatian dan diuji secara empiris di hampir semua pasar modal di dunia.

Dalam satu artikelnya yang berjudul “The Theory of Corporate Finance: A Historical Overview”, Smith (1990) menyatakan bahwa teori pasar efisien merupakan tonggak penting dalam perkembangan teori keuangan dan menyebutnya sebagai salah satu kerangka bangun dasar (fundamental building block) keuangan. Hal senada juga disampaikan oleh Megginson (1997) serta Shanken dan Smith (1996). Jadi, teori pasar efisien merupakan bagian penting dalam kita membahas teori keuangan perusahaan.

Menyikapi beberapa pendapat tersebut di atas, tidak berlebihan kiranya untuk mencoba mengulas lagi tentang teori pasar efisien. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengungkap teori pasar efisien dengan memberikan tekanan pada bukti empiris yang pernah ditemukan berkaitan dengan pengujian teori tersebut. Penyajian tulisan ini diharapkan menyegarkan kembali ingatan kita tentang pentingnya memahami konsep pasar efisien yang sampai saat ini masih menjadi topik menarik dalam manajemen keuangan.

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi pasar via ziddu