Abstrak
Laba adalah salah satu indikator yang acapkali dipergunakan sebagai dasar untuk mengukur keberhasilan seorang manajer. Oleh karena itu salah satu faktor pembentuk laba yaitu pendapatan harus diukur dengan wajar, dan harus dipastikan telah mengikuti prinsip-prinsip pengakuan pendapatan dan penandingan. Dalam pengakuan pendapatan untuk perusahaan konstruksi jangka panjang, penggunaan mentode persentase penyelesaian konvensional baik pendekatan fisik maupun biaya, ternyata mengandung kelemahan yang cukup serius, terutama jika dikaitkan dengan prinsip-prinsip pengakuan pendapatan dan penandingan. Akibatnya laba sebagai ukuran kinerja menjadi bias. Kelemahan-kelemahan apa saja yang terdapat dalam metode tersebut? Apakah pendekatan integratif dapat menutupi kelemahan-kelemahan tersebut, sehingga pendapatan yang diakui pada periode berjalan lebih realistis untuk mencerminkan kinerja yang sesungguhnya?
Kata kunci: prinsip pengakuan pendapatan, prinsip penandingan, persentase penyelesaian dan pendekatan integrasi
Usaha untuk memenangkan posisi dan mengembangkan usaha berhubungan erat dengan faktor-faktor eksternal. Dalam hubungan ini perusahaan berkewajiban untuk memberikan informasi mengenai keadaan keuangan perusahaan kepada para pemakai, khususnya para investor dan kreditor melalui laporan keuangan. Tujuannya adalah untuk membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan ekonomik.
Laporan keuangan merupakan bagian utama dari pelaporan keuangan, yang di dalamnya terdiri dari beberapa elemen, antara lain yang relevan dengan penulisan makalah ini adalah laporan laba-rugi. Biasanya, yang menjadi pusat perhatian dalam laporan laba-rugi ini adalah angka-angka (pendapatan, beban dan laba) yang dihasilkan melalui suatu proses pengukuran. Supaya angka-angka tersebut lebih informatif dan tidak bias, maka haruslah disajikan secara layak dan wajar.
Pendapatan merupakan salah satu unsur utama dalam laporan laba-rugi, yang besarnya dinyatakan dengan angka Selama ini dalam perusahaan konstruksi untuk mengukur besarnya angka tersebut, digunakan: 1) metode kontrak selesai terutama untuk kontrak yang berjangka waktu pendek atau kontrak yang memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi dan 2) metode persentase penyelesaian. Metode persentase penyelesaian, mempunyai dua pendekatan yaitu pendekatan fisik dan pendekatan biaya. Dua pendekatan tersebut telah menghasilkan angka-angka yang menurut penulis kurang layak dan wajar, sehingga kurang representatif untuk periode berjalan. Kalau demikian halnya, maka informasi yang disajikan akan menyesatkan para pengambil keputusan. Kondisi ini merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya.
Apabila digunakan pendekatan fisik untuk mengakui pendapatan dalam periode berjalan, maka besarnya angka yang dilekatkan pada pendapatan semata-mata hanya didasarkan pada kemajuan fisik (hasil yang telah dicapai) tanpa memperhatikan besarnya biaya atau usaha yang telah dicurahkan atau dikeluarkan untuk proyek dalam periode berjalan. Sebaliknya, apabila digunakan pendekatan biaya maka besarnya pendapatan yang diakui untuk periode berjalan semata-mata hanya didasarkan pada besarnya biaya dan usaha yang telah dicurahkan atau dikeluarkan tanpa mengkaitkannya dengan kondisi fisik atau hasil yang sebenarnya pada periode berjalan. Dua kasus ini dengan jelas memperlihatkan bahwa tidak ada proses matching antara pendapatan dengan beban dalam arti hubungan sebab akibat dan korelasi posistif. Akibatnya pendapatan yang disajikan tidak mencerminkan performance perusahaan, karena apa yang dilaporkan tidak sesuai dengan prestasi yang sebenarnya.
Di samping kelemahan-kelemahan yang sudah disebutkan di atas, sebenarnya ada banyak kelemahan lainnya seperti disebutkan dalam literatur-literatur akuntansi saat ini oleh karena itu kelemahan-kelemahan tersebut tidak penulis sebutkan lagi. Namun menurut pengamatan penulis masih ada satu kelemahan yang sangat besar pengaruhnya terhadap kelayakan dan kewajaran besarnya angka pendapatan yang selama ini belum pernah disinggung.
No comments:
Post a Comment