Monday, April 13, 2009

Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja Pemerintahan

Abstrak

Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good governance yang saat ini sedang diupayakan di Indonesia. Pemerintah diminta untuk melaporkan hasil dari program yang telah dilaksanakan sehingga masyarakat dapat menilai apakah pemerintah telah bekerja dengan ekonomis, efisien dan efektif. Akuntabilitas dapat dilihat dari perspektif akuntansi, perspektif fungsional dan perspektif sistem akuntabilitas. Beberapa teknik yang dikembangkan untuk memperkuat system akuntabilitas sangat dipengaruhi oleh metode yang banyak dipakai dalam akuntansi, manajemen dan riset seperti management by objectives, anggaran kinerja, riset operasi. Pengukuran kinerja dikelompokkan dalam tiga kategori indikator, yaitu (1) indikator pengukuran service efforts, (2) indikator pengukuran service accomplishment, dan (3) indikator yang menghubungkan antara efforts dengan accomplishment. Di samping itu perlu disampaikan juga penjelasan tambahan berkaitan dengan pelaporan kinerja ini.

Kata kunci: akuntabilitas, pengukuran kinerja, informasi finansial dan non finansial, service efforts and accomplishment

Laporan keuangan pemerintah harus menyediakan informasi yang dapat dipakai oleh pengguna laporan keuangan untuk menilai akuntabilitas pemerintahan dalam membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik. Akuntabilitas diartikan sebagai hubungan antara pihak yang memegang kendali dan mengatur entitas dengan pihak yang memiliki kekuatan formal atas pihak pengendali tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan juga pihak ketiga yang accountable untuk memberikan penjelasan atau alasan yang masuk akal terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan dan hasil usaha yang diperoleh sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas dan pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas pemerintah tidak dapat diketahui tanpa pemerintah memberitahukan kepada rakyat tentang informasi sehubungan dengan pengumpulan sumber daya dan sumber dana masyarakat beserta penggunaannya.

Akuntabilitas dapat dipandang dari berbagai perspektif. Dari perspektif akuntansi, American Accounting Association menyatakan bahwa akuntabilitas suatu entitas pemerintahan dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu akuntabilitas terhadap:

1. Sumber daya finansial

2. Kepatuhan terhadap aturan hukum dan kebijaksanaan administratif

3. Efisiensi dan ekonomisnya suatu kegiatan

4. Hasil program dan kegiatan pemerintah yang tercermin dalam pencapaian tujuan, manfaat dan efektivitas.

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi pemerintahan via ziddu


Sunday, April 12, 2009

It Matters How You Pay: Cost Type Importance Depends On Payment Mechanism

Costs represent one of the central concepts in a wide range of fields of science, such as economics, finance, accounting, and marketing. These fields are interested in different aspects of the cost concept. Within the field of marketing the consumer perspective has recently received much attention with topics such as perceived fairness of costs (e.g., Bolton, Warlop and Alba, 2003), cost comparison across categories (e.g., Gourville, 1998), and influence of past costs on consumer behavior (e.g,. Soman and Gourville, 2001; Soman, 2001).

Two distinct types of costs can be relevant to consumers, average cost and total cost. Average cost is the cost defined per unit of interest, which can be a product unit, a time unit, an event, or an action, etc. Total cost is the cost aggregated over a number of units of interest, products, time, events, etc. Shafir and Thaler (2006) also refer to paying attention to average cost as local perspective and paying attention to total cost as global perspective. Gourville (1998, 1999, 2003) in his studies of “pennies a day” advertising (e.g., framing a price of a sofa in cost per day) proposes that framing can change the relevance of total and average cost for the consumer and that they can both be important. Choosing the unit of interest for average cost is category dependent (Prelec and Loewenstein, 1998). For example in metro commuting the smallest unit of interest can be one day or a single trip. Aggregation across units can also be done in different ways: across a set number of product units (metro trips) or a set time period (one month). Note that average cost is not necessarily equal to the marginal cost – the cost of an additional unit consumed.

Sterman (1989) defines a variable to be important (salient), when individuals respond to changes in the level of that specific variable. When comparing importance of two cost types we need to define the response (dependent) variable. The response variables of interest in this paper are consumer judgments and decision making (e.g., likelihood to purchase. The cost type that individuals respond more to - in regards to chosen dependent variable - is the more important one. In this paper it is proposed that payment mechanism influences which of the above mentioned types of cost (average, total) is more important.

Download finance journal paper: ziddu


Saturday, April 11, 2009

Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi terhadap Bidang Akuntansi Manajemen

Abstrak

Perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang signifikan dalam dunia bisnis. Ada berbagai macam sistem informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang muncul, antara lain Electronic Data Processing Systems, Data Processing Systems (DPS), Decision Support System (DSS), Management Information System (MIS), Executive Information Systems (EIS), Expert System (ES) dan Accounting Information System (AIS). Perkembangan teknologi informasi juga berpengaruh terhadap bidang akuntansi manajemen selaku bidang penghasil informasi dalam rangka perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan manajemen. Pengaruh tersebut dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan perusahaan.

Kata kunci: teknologi informasi, akuntansi manajemen, informasi, pengambilan keputusan.

Pada masa kini, sebagian besar masyarakat semakin merasakan informasi sebagai salah satu kebutuhan pokok disamping kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Seiring dengan hal itu, informasi telah berubah bentuk menjadi suatu komoditi yang dapat diperdagangkan. Keadaan ini terbukti dengan semakin berkembangnya bisnis pelayanan informasi, seperti stasiun televisi, surat kabar, radio dan internet yang telah memasuki sendi-sendi kehidupan manusia. Perubahan lingkungan yang pesat, dinamis dan luas tersebut didukung oleh kemajuan teknologi informasi disegala bidang. Hal ini telah mendorong transformasi masyarakat tradisional menjadi masyarakat informasi.

Perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak dalam kehidupan masyarakat. Sejak diketemukannya komputer pada tahun 1955, peradaban dunia telah memasuki era informasi. Teknologi informasi dengan komputer sebagai motor penggeraknya telah mengubah segalanya. Pemrosesan informasi berbasis komputer mulai dikenal orang dan hingga saat ini sudah banyak software yang dapat digunakan orang sebagai alat pengolah data untuk menghasilkan informasi. Dibidang akuntansi, sistem pemrosesan informasi akuntansi berbasis komputer banyak ditawarkan dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi para akuntan untuk menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji.

Dalam era bisnis global, pengaruh kemajuan teknologi informasi tidak dapat dihindarkan lagi, seperti penggunaan telepon, faksimili, komputer, dan satelit dalam berbagai aktivitas sarana berkomunikasi perusahaan. Teknologi informasi memungkinkan manusia untuk memperoleh informasi dari tempat yang berjauhan dalam waktu yang singkat dan dengan biaya yang murah.

Manajemen organisasi harus tanggap pada perubahan lingkungan ini jika ingin organisasinya tetap dapat bertahan dan meningkat kinerjanya. Manajemen organisasi juga harus sensitif terhadap pengaruh perkembangan teknologi yang mencakup informasi, peralatan teknik dan proses dalam mengubah input menjadi output. Selain itu, manajemen harus dapat memahami dengan baik peran sistem informasi dalam organisasi (Eliot, 1992). Perubahan lingkungan ini juga menuntut akuntansi manajemen sebagai suatu sistem informasi untuk menyediakan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji dalam rangka pengambilan keputusan manajemen.

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi manajemen via ziddu


Friday, April 10, 2009

Why Are Capital Flows So Much More Volatile In Emerging Than In Developed Countries?

The standard deviations of capital flows to emerging countries are 80 percent higher than those to developed countries. First, we show that very little of this difference can be explained by more volatile fundamentals or by higher sensitivity to fundamentals. Second, we show that most of the difference in volatility can be accounted for by three characteristics of capital flows: (i) capital flows to emerging countries are more subject to occasional large negative shocks (“crises”) than those to developed countries, (ii) shocks are subject to contagion, and (iii) – the most important one – shocks to capital flows to emerging countries are more persistent than those to developed countries. Finally, we study a number of country characteristics to determine which are most associated with capital flow volatility. Our results suggest that underdevelopment of domestic financial markets, weak institutions, and low income per capita, are all associated with capital flow volatility.

Interestingly, and contrary to the effect of the exclusion of outliers, accounting for persistence not only increases the “explanatory” power of our regressions but also decreases substantially the ratio of standard deviations. This is reflected in the different coefficients of lag capital flows, which is quite higher for emerging countries than for developed countries, showing that capital flows are more persistent in emerging than in developed countries. The coefficient on the lag in emerging countries is usually higher than 0.60 while it is below 0.50 for developed countries.

In addition, whereas the exclusion of outliers before had little effect on the ratio of residuals, once we account for different persistence the exclusion of outliers does have a significant effect on this ratio. The combined effect of accounting for persistence and excluding outliers is to reduce the ratio of standard deviations from 1.788 to 1.298.12

Download journal of economics and financial: ziddu


Thursday, April 9, 2009

Konsep Pengauditan dalam Lingkungan Pengelohan Data Akuntansi Terkomputerisasi

Abstrak

Konsep pengauditan berkaitan dengan menilai resiko pengendalian, uji pengendalian dan pengujian substantif berkenaan dengan pengumpulan bukti guna mendukung pendapat auditor independen. Penggunaan Electronic Data Processing (EDP) dalam pemrosessan data akuntansi memiliki pengaruh terhadap pengendalian dan jejak audit. Auditor independen harus mengevaluasi pengaruh ini dalam kaitannya dengan struktur pengendalian dan menyadari bagaimana EDP mempengaruhi jejak Audit. Pengendalian tambahan yang seharusnya ada untuk merespon pengaruh penggunaan EDP dalam pemrosessan data akuntansi dikenal dengan Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi. Auditor komputer, komputer dan pengujian komputer memegang peranan penting dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif.

Kata kunci: pengauditan, pengendalian umum, pengendalian aplikasi, pengujian pengendalian, pengujian substantif.

Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban manajemen kepada pihak di luar perusahaan atas posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan selama suatu periode tertentu (biasanya satu tahun). Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi dan praktik akuntansi yang lazim dalam dunia akuntansi. Standar akuntansi diterbitkan oleh profesi akuntan dengan nama Standar Akuntansi Keuangan. Standar akuntansi ini dijadikan acuan oleh semua pihak yang terkait dengan laporan keuangan. Agar pihak di luar perusahaan mempercayai laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, maka dibutuhkan jasa pihak ketiga yang bertugas untuk memeriksa dan menyatakan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi. Pihak ketiga ini biasa disebut Auditor Independen.

Laporan keuangan dalam proses penyusunannya dilakukan dengan cara manual atau terkomputerisasi. Bila digunakan cara manual maka akan digunakan dokumen-dokumen dan catatan-catatan akuntansi seperti jurnal, buku besar, neraca saldo dan sebagainya. Bila digunakan komputer maka beberapa catatan akuntansi dan dokumen akan menjadi tidak ada karena langsung diproses di dalam komputer atau tersimpan dalam bentuk file. Contoh, untuk transaksi penjualan tunai di swalayan. Bila digunakan cara manual maka perlu dibuat faktur penjualan, mencatat penjualan dan penerimaan kas, mencatat harga pokok penjualan dan pengurangan persediaan, dan membukukan ke masing-masing buku besar. Bila digunakan komputer maka kasir cukup meng-input nama barang dan kuantitas yang terjual maka secara otomatis komputer akan membukukan transaksi tersebut, baik untuk transaksi penjualannya maupun transaksi berkurangnya persediaan.

Berdasarkan uraian di atas mengenai pemrosesan data akuntansi dengan bantuan komputer, selanjutnya akan mempengaruhi cara auditor dalam melakukan pemeriksaannya. Berikut akan diuraikan beberapa konsep audit yang akan terpengaruh apabila transaksi keuangan diproses dengan bantuan komputer.

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi terkomputerisasi via ziddu


Wednesday, April 8, 2009

Capital Formation in Machinery in Latin America, 1890-1930

The Economic Commission for Latin America and the Caribbean (ECLAC), in the early years of its existence, understood very well the importance of determining the magnitudes of investment, to which ECLAC attributed a central role in economic development. Thus, in 1950 and in the early 1960s ECLAC undertook a series of studies of national cases in which great attention was paid to the examination of the process of physical capital accumulation and its determining factors, especially external financial restriction. The statistical compilation work done by ECLAC was commendable – it is necessary to establish this, since economic historians have often showed indifference at the mass of data contained in this monographic collection. However, ECLAC was only able to undertake studies of some countries and rarely gathered systematic information for the period prior to 1925 (Yáñez and Tafunell, 2003). A few years ago, Hofman (2000) took up the research with a study of the growth factors in the Latin American economies in the 20th century, in which, from a growth accounting perspective, capital accumulation acquires great importance. The starting point of this research is 1900 and it confines itself to the study of six big economies: Argentina, Brazil, Colombia, Chile, Mexico and Venezuela. As is apparent, all the smaller economies in the region are absent, as well as some others, which in the early 20th century were no different in size from the six mentioned, such as Cuba, Peru and Uruguay. Studies abound of these same six national cases, which were undertaken by different economic historians specialised in this or that country. Therefore, this has not helped address the deficit of knowledge about how the formation of capital developed in the whole region, which comprises the twenty countries which in the first half of the 20th century were sovereign States2.

This paper distinguishes itself from the preceding ones on this point. I have put great effort into quantifying the investment of all of the economies of the area, that is, the twenty independent republics of the period. Thanks to that, we are eventually able to determine the magnitudes of the investment of Latin America as a whole. And, most importantly, we can calibrate the performance of the smallest economies, whose macroeconomic evolution prior to the 1920s or even the 1940s we do not know very much about3. The quantitative elaboration presented here provides annual series for capital formation in machinery and other related equipment goods for the period 1890-1930, which corresponds to the height of the first globalisation4. The text which follows leaves aside any consideration or description related to the estimation procedures used (I request the reader interested in this to consult the appendix). I would simply like to point out here that, like national specialists before me, I have assumed that all machinery used to equip Latin American economies was imported.

Download journal of economics and financial: ziddu


Tuesday, April 7, 2009

Perubahan Lingkungan Bisnis dan Pengaruhnya terhadap Sistem Manajemen Biaya

Abstrak

Pada beberapa tahun terakhir ini, lingkungan bisnis telah berubah dan berada dalam masa transisi dari era revolusi industri menuju era revolusi informasi dan komunikasi. Perubahan ini dipicu oleh perubahan teknologi sebagai denominator, khususnya pada tiga sektor utama yaitu (1) teknologi transportasi; (2) teknologi manufaktur; dan (3) teknologi informasi dan komunikasi. Perubahan yang terjadi cenderung bersifat revolusioner daripada evolusioner.

Perubahan lingkungan ini telah membawa perubahan pada paradigma organisasi dan manajemen, perubahan pasar, pemasaran (dengan bertumbuhkembangnya bisnis lewat internet), perubahan sifat dan karakteristik produksi, perubahan visi. misi dan strategi usaha, dan perubahan pada sistem manajemen biaya.

Kata kunci: perubahan, lingkungan bisnis, teknologi, revolusioner.

Secara global, lingkungan dunia usaha saat ini berada dalam masa transisi dari era revolusi industri menuju era revolusi informasi dan komunikasi. Komunikasi informasi makin bermutu dan makin cepat menyebabkan perubahan lingkungan yang cepat, dinamik dan rumit. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner, namun seringkali bersifat revolusioner. Pada saat ini terjadi perkembangan teknologi dalam tiga sektor utama yaitu (1) teknologi transportasi; (2) teknologi manufaktur; dan (3) teknologi informasi dan komunikasi

Perkembangan teknologi transportasi memungkinkan produk yang berupa barang dan jasa mengalir dari bagian dunia yang satu ke bagian dunia yang lain dengan jumlah relatif besar, dalam waktu relatif singkat serta dalam harga yang relatif murah.

Dalam bidang teknologi pemanufakturan timbul teknologi pemanufakturan maju (advanced manufacturing technology). Perkembangan teknologi ini didorong oleh dan mendorong persaingan global. Dalam persaingan global, konsumen menginginkan produk yang bermutu tinggi, sangat fungsional, dan berharga murah. Untuk menjawab kebutuhan konsumen tersebut perusahaan harus menggunakan strategi unggul (excellent) dengan mengutamakan tujuan laba jangka panjang. Strategi ini dapat dilaksanakan jika perusahaan menguasai teknologi pemanufakturan maju. Teknologi pemanufakturan maju adalah teknologi yang memungkinkan perusahaan menghasilkan produk yang bermutu tinggi, meningkatkan produktivitas dengan cara mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah, sehingga biaya perusahaan secara total dapat ditekan dan kebutuhan konsumen dapat dipenuhi.

Perkembangan teknologi informasi yang cepat, misalnya komputer, serat optik, satelit, dan sebagainya, memungkinkan manusia untuk memperoleh informasi dari lokasi yang jauh di belahan dunia lain dalam waktu singkat, mutu tinggi, dan biaya murah. Oleh karena itu era sekarang ini juga acapkali disebut era internet. Dengan demikian, manusia, termasuk manajemen, dapat menggunakan informasi tersebut untuk pembuatan keputusan. Selain itu, teknologi informasi memungkinkan para pelanggan (pelanggan akhir dan industri sebagai pembeli produk antara) untuk memperoleh produk dan jasa terbaik yang diinginkan baik dari pasar dunia maupun dari pasar dalam negeri. Para pamasok yang semula hanya menghadapi para pesaing lokal sekarang harus dapat bersaing secara global. Perubahan teknologi ini telah menyebabkan perubahan dahsyat, misalnya dalam bidang marketing, di mana telah muncul cyber marketing, perdagangan melalui internet, yang umum dikenal dengan nama E-Commerce merupakan konsep bisnis yang tampaknya telah (akan) menjadi model yang lazim (meskipun sekarang masih terbatas pada kalangan tertentu). Dalam transaksi pembayaran juga telah memunculkan mekanisme cybercash, cenderung bersifat documentless. Ditinjau dari sisi pengauditan, timbul masalah objektivitas, karena audit trail menjadi lebih rumit. Oleh karena itu teknik-teknik pengauditan juga telah berkembang pesat, karena sejalan dengan perkembangan dan penggunaan Electronic Data Processing, maka proses pengauditan konvensional tentu tidak memadai.

Wahjudi Prakarsa (1994) menyatakan bahwa perubahan lingkungan usaha yang berlangsung sejak dasawarsa 1980-an telah membawa dampak yang sangat besar terhadap misi dan strategi perusahaan. Perubahan yang didorong oleh revolusi informasi dan komunikasi membuat para konsumen menjadi makin menuntut. Selanjutnya, perubahan ini telah mengubah fungsi obyektif perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan tidak lagi ditentukan oleh fungsi obyektif yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham, karena fungsi obyektif tersebut pada hakekatnya hanya merupakan akibat, bukan sebab, dari aktivitas penciptaan nilai tambah. Fungsi obyektif perusahaan kini diarahkan pada kepuasan pelanggan.

Perubahan lingkungan dan pergeseran fungsi obyektif perusahaan kepada kepuasan pelanggan menuntut akuntansi manajemen sebagai suatu proses dalam organisasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para manajer untuk mampu menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi pengambilan keputusan manajemen.

Selengkapnya download artikel jurnal akuntansi biaya via ziddu